Selasa, 05 Juli 2016

PENGUKURAN TANAH DENGAN ISTILAH SATUAN BATA

PENGUKURAN TANAH
DENGAN ISTILAH SATUAN BATA
Risya Nurhadian Widardin-152151192

M
atematika  merupakan salah satu ilmu yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik secara umum maupun secara khusus. Secara umum matematika dapat digunakan dalam transaksi jual beli  pada pengukuran sebidang tanah dengan berbagai bentuk lahan seperti berbentuk trapesium,  persegi, persegi panjang, segitiga, dan berbagai segi lainnya. Tentu saja pengukuran luas tersebut menggunakan rumus-rumus bangun datar. Selain itu pengaplikasian matematika terdapat pada perhitungan luas tanah, konversi dari bata ke m2.  Besaran meter secara umum dipakai untuk mengukur jarak sedangkan bata dipakai untuk mengukur luas, misalnya  dalam  jual beli di daerah Sunda, khususnya masyarakat Tasikmalaya dalam jual beli tanah menggunakan istilah ukuran satuan bata, bukan satuan nasional  m2.
Dalam fakta  transaksi jual beli sebidang tanah, kebanyakan orang tidak mengetahui secara pasti hubungan bata dengan m2., maka dalam pengukurannya masyarakat mempercayakan kepada pengukur tanah yang ukurannya sudah dipercaya secara turun temurun. Sehingga terjadi suatu kesepakatan yang disepakati oleh kedua belah pihak berdasarkan kesepakatan bersama  dan diakui keabsahannya oleh masyarakat Sunda, hal ini dilatar belakangi oleh pemahaman masyarakat Sunda yang kurang memahami pengukuran dalam istilah satuan bata.
Bata atau yang dikenal ubin dalam agraria adalah satuan luas lahan yang dipakai di Indonesia. Namun istilah daerah Sunda adalah bata/tumbak. Satuan bata ini banyak digunakan untuk areal pertanian (sawah/ladang), khususnya di pulau Jawa dan telah dipakai sejak zaman Hindia, Belanda. Ukuran satu bata berasal dari tumbak dengan ukuran satu tumbaknya ± 3,75 m, sehingga satu bata menyatakan luas sebesar 14 m2.
Orang zaman dahulu menggunakan tumbak mungkin karena dahulu belum ada ukuran pasti seperti dalam satuan meter, sehingga sekarang setelah ada satuan meter, tumbak yang digunakan dalam pengukuran tanah diukur dan didapat ukuran ± 3,75 m. Satuan ini dipakai untuk mengestimasi hasil atau produksi hasil tanaman pangan seperti padi. Hasil panen petak ini diukur terlebih dahulu sebelum dicampur dengan hasil panen lain.
Sebenarnya jika diperhitungkan benar-benar dengan memakai istilah bata terdapat selisih dalam penggunaannya. Perhatikan perhitungan berikut:
1 ha = 10.000 m2
1 ha = 700 bata =  9.800 m2 jika dikalikan 14.
Dapat dilihat dalam satuan bata jika dikonversikan dalam satuan m2 terdapat selisih 200 m2, selisih tersebut disebabkan oleh pembulatan dari 14,0625 m2 menjadi 14 m2. Banyak orang yang tidak tahu asal usul pembulatan tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji fakta sebenarnya tentang ukuran bata tersebut.
Penulis melakukan survei terhadap 100 orang,  dengan pertanyaan:“Apakah Anda mengenal
istilah satuanbata ?” dan “Menurut Anda, 1 bata berapa m2?”.
Survey tersebut dilakukan terhadap beberapa kalangan, diantaranya bekerja sebagai karyawan/buruh, petani/buruh tani, PNS, wiraswasta, pedagang, pengangguran dan mahasiswa. Penulis melakukan survey terhadap berbagai profesi untuk mendapat sampel dari setiap profesi agar dapat dilihat dan  diklasifikasikan dari berbagai profesi.
Tabel hasil survey terhadap 100 orang mengenai pemahaman pengukuran tanahdengan istilah satuan bata.
No.
Pekerjaan
Ket. (%)
Usia(th)
Ket. (%)
Tahu
Tdk
Tahu
Tdk
1
Karyawan
2
17
13-21
1
21
2
Petani
/Buruh Tani
17
9
22-30
3
13
3
PNS
4
1
31-39
2
11
4
Wira
swasta
3
3
40-48
7
5
5
Pedagang
9
8
49-57
7
7
6
Pengangguran
0
5
58-66
7
3
7
Mahasiswa
1
21
67-75
5
3
8



76-84
2
0
9



85-93
2
1
Total
36
64

36
64


Dapat dilihat pada tabel bahwa petani dan guru lebih dominan mengetahui istilah satuan bata, karena petani lebih banyak memahami tentang konversi bata ke meter. Sedangkan guru berlatar belakang pendidikan akademik dan menjadi tuntutan juga karena guru dianggap lebih mengerti. Selain pekerjaan ternyata usia juga sangat mempengaruhi, dari usia 40 tahun  banyak yang mengetahui hubungan bata ke meter karena mereka sudah mulai berbisnis dan mulai memikirkan kekayaan karena sudah dirasa butuh.
Setelah itu penulis memaparkan mengenai pengukuran tanah dalam istilah satuan bata dan hubungannya terhadap m2. Kebanyakan masyarakat tidak mau tahu bagaimana  sejarah/asal usul istilah satuan bata, mereka hanya melanjutkan yang sudah ada sehingga membudaya dan sulit untuk mengubah budaya tersebut agar dalam transaksi beralih pada satuan m2.
Setelah melakukan survey dan memberitahu ukuran bata yang sesungguhnya, beberapa orang memberi saran agar pemerintah melakukan penyuluhan terhadap masyarakat daerah Sunda dan dapat beralih menggunakan satuan m2. Banyak kalangan yang tidak mengetahui hubungan bata dengan m2 dan konversi bata dengan m2, seperti kalangan mahasiswa, pedagang, karyawan.
Besaran meter sudah dinyatakan baku oleh Badan Pertanahan Nasional dan keabsahannya tidak diragukan lagi sehingga dipakai dalam satuan ukuran bentuk-bentuk surat berbadan hukum misalnya sertifikat yang diakui secara nasional maupun internasional. Sedangkan dalam ukuran bata tidak dibakukan dan tidak dipakai dalam surat-surat berharga misalnya sertifikat.
Penulis melakukan observasi ke Badan Pertanahan Nasional, penulis mendapat informasi bahwa BPN  mempersilahkan masyarakat untuk transaksi jual beli dengan memakai istilah satuan bata selagi ada kesepakatan dari penjual dan pembeli. Selain itu untuk menghilangkan kesan kerugian atas sebagian kecil pembulatan Badan Pertanahan Nasional menganjurkan memakai satuan baku m2sehingga keakuratan data dapat terpenuhi.
Terdapat hubungan pengetahuan bata dengan matematika yaitu pada pengkonversian dari bata ke m2. Selain itu pada perhitungan luas tanah yang menggunakan rumus-rumus bangun datar.
Penulis menyimpulkan transaksi jual beli sebidang tanah yang beredar di masyarakat mengacu pada daerah setempat yaitu daerah Sunda biasanya memakai istilah satuanbata. Sulit mengubah kebiasaan yang sudah membudaya.  Namun bagaimana pun kondisinya, ini menunjukkan bahwa matematika adalah bagian dari kehidupan masyarakat.

Penulis menyarankan dan sesuai dengan anjuran Badan Pertanahan Nasional untuk transaksi jual beli sebidang tanah dianjurkan memakai m2 sehingga keakuratan data bisa terpenuhi.
Penulis berharap agar Badan Pertanahan Nasional dapat  menggiatkan penyuluhan akan istilah satuan bata yang sesungguhnya. Selain itu juga dapat dilakukan di sekolah dengan mengajarkan kepada generasi penerus agar kebiasaan turun temurun jual beli dalam istilah satuan bata dapat berangsur-angsur beralih ke pengukuran m2.
DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia.       Pengukuran Ubin. [online].     Tersedia:https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ubin_(luas). [16 Maret 2016]