PENGUKURAN TANAH
DENGAN ISTILAH SATUAN BATA
Risya
Nurhadian Widardin-152151192
M
|
atematika merupakan salah satu ilmu yang banyak
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik secara umum maupun secara
khusus. Secara umum matematika dapat digunakan dalam transaksi jual beli pada pengukuran sebidang tanah dengan
berbagai bentuk lahan seperti berbentuk trapesium, persegi, persegi panjang, segitiga, dan
berbagai segi lainnya. Tentu saja pengukuran luas tersebut menggunakan
rumus-rumus bangun datar. Selain itu pengaplikasian matematika terdapat pada
perhitungan luas tanah, konversi dari bata ke m2. Besaran meter secara umum dipakai untuk
mengukur jarak sedangkan bata dipakai untuk mengukur luas, misalnya dalam
jual beli di daerah Sunda, khususnya masyarakat Tasikmalaya dalam jual
beli tanah menggunakan istilah ukuran satuan bata, bukan satuan nasional m2.
Dalam
fakta transaksi jual beli sebidang
tanah, kebanyakan orang tidak mengetahui secara pasti hubungan bata dengan m2.,
maka dalam pengukurannya masyarakat mempercayakan kepada pengukur tanah yang
ukurannya sudah dipercaya secara turun temurun. Sehingga terjadi suatu
kesepakatan yang disepakati oleh kedua belah pihak berdasarkan kesepakatan
bersama dan diakui keabsahannya oleh
masyarakat Sunda, hal ini dilatar belakangi oleh pemahaman masyarakat Sunda
yang kurang memahami pengukuran dalam istilah satuan bata.
Bata
atau yang dikenal ubin dalam agraria adalah satuan luas lahan yang dipakai di
Indonesia. Namun istilah daerah Sunda adalah bata/tumbak. Satuan bata ini
banyak digunakan untuk areal pertanian (sawah/ladang), khususnya di pulau Jawa
dan telah dipakai sejak zaman Hindia, Belanda. Ukuran satu bata berasal dari
tumbak dengan ukuran satu tumbaknya ± 3,75 m, sehingga satu bata menyatakan
luas sebesar 14 m2.
Orang
zaman dahulu menggunakan tumbak mungkin karena dahulu belum ada ukuran pasti
seperti dalam satuan meter, sehingga sekarang setelah ada satuan meter, tumbak
yang digunakan dalam pengukuran tanah diukur dan didapat ukuran ± 3,75 m. Satuan
ini dipakai untuk mengestimasi hasil atau produksi hasil tanaman pangan seperti
padi. Hasil panen petak ini diukur terlebih dahulu sebelum dicampur dengan
hasil panen lain.
Sebenarnya
jika diperhitungkan benar-benar dengan memakai istilah bata terdapat selisih
dalam penggunaannya. Perhatikan perhitungan berikut:
1 ha = 10.000 m2
1 ha = 700 bata = 9.800 m2 jika dikalikan 14.
Dapat
dilihat dalam satuan bata jika dikonversikan dalam satuan m2
terdapat selisih 200 m2, selisih tersebut disebabkan oleh pembulatan
dari 14,0625 m2 menjadi 14 m2. Banyak orang yang tidak
tahu asal usul pembulatan tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengkaji fakta sebenarnya tentang ukuran bata tersebut.
Penulis
melakukan survei terhadap 100 orang,
dengan pertanyaan:“Apakah Anda mengenal
istilah satuanbata ?”
dan “Menurut Anda, 1 bata berapa m2?”.
Survey
tersebut dilakukan terhadap beberapa kalangan, diantaranya bekerja sebagai
karyawan/buruh, petani/buruh tani, PNS, wiraswasta, pedagang, pengangguran dan
mahasiswa. Penulis melakukan survey terhadap berbagai profesi untuk mendapat sampel
dari setiap profesi agar dapat dilihat dan
diklasifikasikan dari berbagai profesi.
Tabel
hasil survey terhadap 100 orang mengenai pemahaman pengukuran tanahdengan
istilah satuan bata.
No.
|
Pekerjaan
|
Ket. (%)
|
Usia(th)
|
Ket. (%)
| ||
Tahu
|
Tdk
|
Tahu
|
Tdk
| |||
1
|
Karyawan
|
2
|
17
|
13-21
|
1
|
21
|
2
|
Petani
/Buruh Tani
|
17
|
9
|
22-30
|
3
|
13
|
3
|
PNS
|
4
|
1
|
31-39
|
2
|
11
|
4
|
Wira
swasta
|
3
|
3
|
40-48
|
7
|
5
|
5
|
Pedagang
|
9
|
8
|
49-57
|
7
|
7
|
6
|
Pengangguran
|
0
|
5
|
58-66
|
7
|
3
|
7
|
Mahasiswa
|
1
|
21
|
67-75
|
5
|
3
|
8
|
76-84
|
2
|
0
| |||
9
|
85-93
|
2
|
1
| |||
Total
|
36
|
64
|
36
|
64
|
Dapat
dilihat pada tabel bahwa petani dan guru lebih dominan mengetahui
istilah satuan bata, karena petani lebih banyak memahami tentang konversi bata
ke meter. Sedangkan guru berlatar belakang pendidikan akademik dan menjadi
tuntutan juga karena guru dianggap lebih mengerti. Selain pekerjaan ternyata usia juga sangat
mempengaruhi, dari usia 40 tahun banyak
yang mengetahui hubungan bata ke meter karena mereka sudah mulai berbisnis dan
mulai memikirkan kekayaan karena sudah dirasa butuh.
Setelah itu penulis
memaparkan mengenai pengukuran tanah dalam istilah satuan bata dan hubungannya
terhadap m2. Kebanyakan masyarakat tidak mau tahu bagaimana sejarah/asal usul istilah satuan bata, mereka
hanya melanjutkan yang sudah ada sehingga membudaya dan sulit untuk mengubah
budaya tersebut agar dalam transaksi beralih pada satuan m2.
Setelah
melakukan survey dan memberitahu ukuran bata yang sesungguhnya, beberapa orang
memberi saran agar pemerintah melakukan penyuluhan terhadap masyarakat daerah
Sunda dan dapat beralih menggunakan satuan m2. Banyak kalangan yang
tidak mengetahui hubungan bata dengan m2 dan konversi bata dengan m2,
seperti kalangan mahasiswa, pedagang, karyawan.
Besaran
meter sudah dinyatakan baku oleh Badan Pertanahan Nasional dan keabsahannya
tidak diragukan lagi sehingga dipakai dalam satuan ukuran bentuk-bentuk surat
berbadan hukum misalnya sertifikat yang diakui secara nasional maupun
internasional. Sedangkan dalam ukuran bata tidak dibakukan dan tidak dipakai
dalam surat-surat berharga misalnya sertifikat.
Penulis melakukan
observasi ke Badan Pertanahan Nasional, penulis mendapat informasi bahwa BPN mempersilahkan masyarakat untuk transaksi jual
beli dengan memakai istilah satuan bata selagi ada kesepakatan dari penjual dan
pembeli. Selain itu untuk menghilangkan kesan kerugian atas sebagian kecil pembulatan
Badan Pertanahan Nasional menganjurkan memakai satuan baku m2sehingga
keakuratan data dapat terpenuhi.
Terdapat hubungan
pengetahuan bata dengan matematika yaitu pada pengkonversian dari bata ke m2.
Selain itu pada perhitungan luas tanah yang menggunakan rumus-rumus bangun
datar.
Penulis
menyimpulkan transaksi jual beli sebidang tanah yang beredar di masyarakat
mengacu pada daerah setempat yaitu daerah Sunda biasanya memakai istilah
satuanbata. Sulit mengubah kebiasaan yang sudah membudaya. Namun bagaimana pun kondisinya, ini
menunjukkan bahwa matematika adalah bagian dari kehidupan masyarakat.
Penulis menyarankan
dan sesuai dengan anjuran Badan Pertanahan Nasional untuk transaksi jual beli
sebidang tanah dianjurkan memakai m2 sehingga keakuratan data bisa
terpenuhi.
Penulis berharap agar
Badan Pertanahan Nasional dapat menggiatkan penyuluhan akan istilah satuan
bata yang sesungguhnya. Selain itu juga dapat dilakukan di sekolah dengan
mengajarkan kepada generasi penerus agar kebiasaan turun temurun jual beli
dalam istilah satuan bata dapat berangsur-angsur beralih ke pengukuran m2.
DAFTAR
PUSTAKA
Wikipedia. Pengukuran Ubin. [online]. Tersedia:https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ubin_(luas).
[16 Maret 2016]